Mengenal Aceh


Aceh merupakan daerah yang memiliki penduduk dengan berbagai jenis suku yang memiliki kebudayaan yang berbeda antara satu suku dengan suku lainnya. Setiap masyarakat Aceh sejak kecil sudah muali dikenalkan dengan adat-istiadat daerah mereka masing-masing, yang mana setiap masyarakat hrus menjunjung tinggi kebudayaan-kebudayaan khusus yang hanya ada di daerah mereka.
 
Di Aceh masih banyak sekali mitos-mitos yang masih berkembang sampai sekarang, yang mana setiap orang menceritakan mitos-mitos ini kepada anak dan cucu mereka sehingga mitos-mitos yang aneh dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya ini terus berkembang pesat di Aceh.

Menutut mitos yang berkembang kata Aceh merupakan singkatan dari bangsa-bangsa dahulu yang pernah menduduki Aceh yakni (A:Arab), (C:China), (E:Eropa), dan (H:Hindia). Bangsa-bangsa tersebut  dahulu pernah berlabuh di Aceh untuk melaksanakan perjalanan dagang, ataupun hanya sebagai tempat singgahan sebelum menuju daerah tujuan mereka. Namun banyak pula dari mereka yang memilih menetap di Aceh dan menikah hingga melahirkan anak-anak mereka di bumi aceh, yang pada akhirnya banyak suku-suku di dunia yang hingga sekarang tersisa di Aceh.

Seperti misalnya di daerah Lamno. Di sana adalah tempat para portugis tinggal pada masa dahulu. Portugis tinggal di Lamno hingga mereka melahirkan anak-anak mereka yang berbangsa portugis dengan ciri khas bermata biru, yang hingga sekarang masih bisa kita temukan beberapa dari mereka yang bermata biru yang sampai sekarang masih tinggal atau berasal dari daerah Lamno.

Aceh juga memiliki gelar istimewa yakni, serambi mekkah. Hal ini dikarenakan banyak orang Arab yang dahulunya juga berdagang di Aceh dan mereka juga menyebarkan agama Islam di Aceh, yang sampai sekarang rata-rata penduduk Aceh memeluk agama Islam. Banyak pula tokoh-tokoh ulama yang berasal dari Arab yang sengaja datang ke Aceh untuk mendakwahkan agama Islam, dan banyak pula orang-orang Aceh yang pergi ke Arab untuk menuntut ilmu yang kemudian beliu kembali untuk mendakwahkan Islam di daerahnya sendiri, yakni di Aceh.

Sejarah Aceh


Pada zaman kekuasaan zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam, Aceh merupakan negeri yang amat kaya dan makmur. Menurut seorang penjelajah asal Perancis yang tiba pada masa kejayaan Aceh di zaman tersebut, kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau. Kekuasaan Aceh pula meliputi hingga Perak. Kesultanan Aceh telah menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di dunia Barat pada abad ke-16, termasuk Inggris, Ottoman, dan Belanda.

Kesultanan Aceh terlibat perebutan kekuasaan yang berkepanjangan sejak awal abad ke-16, pertama dengan Portugal, lalu sejak abad ke-18 dengan Britania Raya (Inggris) dan Belanda. Pada akhir abad ke-18, Aceh terpaksa menyerahkan wilayahnya di Kedah dan Pulau Pinang di Semenanjung Melayu kepada Britania Raya.

Pada tahun 1824, Persetujuan Britania-Belanda ditandatangani, di mana Britania menyerahkan wilayahnya di Sumatra kepada Belanda. Pihak Britania mengklaim bahwa Aceh adalah koloni mereka, meskipun hal ini tidak benar. Pada tahun 1871, Britania membiarkan Belanda untuk menjajah Aceh, kemungkinan untuk mencegah Perancis dari mendapatkan kekuasaan di kawasan tersebut.

Kesultanan Aceh

Kesultanan Aceh merupakan kelanjutan dari Kesultanan Samudera Pasai yang hancur pada abad ke-14. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera dengan ibu kota Kutaraja (Banda Aceh). Dalam sejarahnya yang panjang itu (1496 – 1903), Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan begitu megah dan menakjubkan, terutama karena kemampuannya dalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang imperialisme bangsa Eropa, sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga kemampuannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain. Sultan Aceh merupakan penguasa/raja dari Kesultanan Aceh, tidak hanya sultan, di Aceh juga terdapat sultanah (sultan perempuan).

Silsilah raja raja kerajaan dan gubenur aceh darussalam
  1. sultan alaidin ali mughayat syah 916-936 H (1511 - 1530 M)
  2. sultan salahuddin 939-945 H (1530 - 1539M)
  3. sultan alaidin riayat syah II, terkenal dengan nama AL Qahhar 945 - 979 H (1539 - 1571M)
  4. sultan husain alaidin riayat syah III, 979 - 987 H (1571 - 1579 M)
  5. sultan muda bin husain syah, usia 7 bulan, menjadi raja selama 28 hari
  6. sultan mughal seri alam pariaman syah,987 H (1579M) selama 20 hari
  7. sultan zainal abidin, 987 - 988 H (1579 - 1580 M)
  8. sultan aialidin mansyur syah, 989 -995H (1581 -1587M)
  9. sultan mugyat bujang, 995 - 997 H (1587 - 1589M)
  10. sultan alaidin riayat syah IV, 997 - 1011 H (1589 - 1604M)
  11. sultan muda ali riayat syah V 1011 - 1015 H (1604 - 1607M)
  12. sultan iskandar muda dharma wangsa perkasa alam syah 1016 - 1045H (1607 - 1636M)
  13. sultan mughayat syah iskandar sani,1045 - 1050 H (1636 - 1641M)
  14. sultanah sri ratu tajul alam safiatuddin johan berdaulat, 1050-1086H (1641 - 1671M)
  15. sultanah sri ratu nurul alam naqiatuddin (anak angkat safiatuddin), 1086 - 1088 H (1675-1678 M)
  16. sultanah sri ratu zakiatuddin inayat syah (putri dari naqiatuddin) 1088 - 1098 H (1678 - 1688M)
  17. sultanah sri ratu kemalat syah (anak angkat safiatuddin) 1098 - 1109 H (1688 - 1699M)
  18. sultan badrul alam syarif hasyim jamalul lail 1110 - 1113 H (1699 - 1702M)
  19. sultan perkasa alam syarif lamtoi bin syarif ibrahim. 1113 - 1115H (1702 -1703 M)
  20. sultan jamalul alam badrul munir bin syarif hasyim 1115 - 1139 H (1703 - 1726M)
  21. sultan jauharul alam imaduddin,1139H (1729M)
  22. sultan syamsul alam wandi teubeueng
  23. sultan alaidin maharaja lila ahmad syah 1139 - 1147H (1727 - 1735H)
  24. sultan alaidin johan syah 1147 - 1174 (1735-1760M)
  25. sultan alaidin mahmud syah 1174 -1195 H (1760 - 1781M)
  26. sultan alaidin muhammad syah 1195 -1209 H (1781 - 1795M)
  27. sultan husain alaidin jauharul alamsyah,1209 -1238 H (1795-1823M)
  28. sultan alaidin muhammad daud syah 1238 - 1251 H (1823 - 1836M)
  29. sultan sulaiman ali alaidin iskandar syah 1251-1286 H (1836 - 1870 M)
  30. sultan alaidin mahmud syah 1286 - 1290 H (1870 - 1874M)
  31. sultan alaidin muhammad daud syah, 1290 -.....H (1884 -1903 M)

sultan alaiddin muhammad daud syah adalah sultan terakhir dari kerajaan
aceh darussalam, beliau berjuang dan bergerilya selama 29 tahun dan
beliau tidak pernah menyerahkan kedaulatan negaranya kepada pihak
belanda.

pada tahun 1903 beliau ditangkap oleh belanda dan diasingkan ke ambon,
maluku dan terakhir dipindahkan ke jawa. beliau mangkat dijakarta pada
tahun 1939. 
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment